I.
STANDAR
KOMPETENSI
2. Memahami kelangsungan hidup
makhluk hidup.
II.
KOMPETENSI
DASAR
2.4
|
Mendeskripsikan penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.
|
III.
INDIKATOR
1.
Mengidentifikasi penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi.
2.
Mendeskripsikan penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup melalui produksi.
IV.
JUDUL :
PEMBUATAN TELUR ASIN
V.
TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan telur
asin.
2. Mengetahui proses osmosis pada
pembuatan telur asin.
3. Mengetahui perbandingan warna
sebelum dan sesudah diasinkan.
4. Memperlambat proses pembusukan
(pengawetan).
5. Mengatahui bahwa pembuatan telur asin dapat dijadikan sebagai
ide wirausaha (entrepreuneur).
6. Mengetahui takaran yang tepat untuk
membuat telur asin.
DASAR
TEORI
Telur adalah salah satu sumber protein hewani
yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur terdiri
dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi
telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino
esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium,
dan vitamin B kompleks. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari
seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat.
Bobot dan ukuran telur itik rata-rata lebih
besar dibandingkan dengan telur ayam. warna kulit telurnya agak biru muda.
karena bau amisnya yang tajam, penggunaan telur itik dalam berbagai makanan
tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih amis, telur itik juga
mempunyai pori-pori yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi
telur asin.
Dibanding telur segar mutu protein telur asin
sudah agak menurun. Garam telah menggumpalkan proteinnya, sehingga
penyerapannya di dalam tubuh tidak semudah penyerapan protein telur segar.
Perbedaan ini dapat diamati dari konsistensi bagian kuning pada telur asin
lebih keras daripada bagian kuning telur segar. Penurunan nutrisi yang terjadi
selama penggaraman hanyalah pada kandungan betakarotennya yang cukup nyata.
Satu-satunya nutrisi yang potensial hanyalah kalsium, karena kandungannya
meningkat tajam dibanding telur segar. Nutrisi lain yang meningkat akibat
pengasinan telur adalah kalsium. Hal ini tentu menguntungkan, karena kalsium
sangat diperlukan dalam pembentukan tulang yang kuat. Kandungan kalsium
meningkat 2,5 kali setelah pengasinan.
A.
Morfologi
Telur
Berdasarkan asal hewannya bentuk telur
bermacam-macam mulai dari hampir bulat dan lonjong. Beberapa faktor yang
menimpa induk penghasil telur mempengaruhi bentuk telur, contohnya faktor turun
temurun, umur induk ketika bertelur serta sifat fisiologis didalam tubuh induk.
Ukuran bentuk telur biasa dinyatakan dengan indeks perbandingan antara lebar
dan panjang dikalikan 100.
Disamping bentuk dan ukuran telur
bermacam-macam, besar telur pun bervariasi, ada yang berat dan ada yang ringan.
Contohnya dalam 1 kg telur ayam bisa berisi 17 butir atau 21 butir. Pengaruh
jenis hewan juga penting, seperti telur bebek lebih besar daripada telur ayam
dan warnanyapun berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar
telur diantaranya :
1)
Jenis hewan
2)
Umur hewan
3)
Perubahan musim petelur
4)
Sifat turun temurun induk
5)
Umur pembuahan
6)
Berat tubuh induk
7)
Zat-zat makanan induk
Perbedaan wana telur juga oleh jenis
induk, seperti telur ayam berwarna putih, kuning sampai kecoklatan, sedangkan telur
bebek berwarna biru langit atau warna biru telur asin dan putih. Kadang-kadang
ada telur yang berbintik-bintik hitam atau bintik-bintik lain, hal tersebut
disebabkan karena adanya kapang yang tumbuh pada permukaan kulit telur (Anonimus,
2007).
B.
Struktur telur
Beberapa telur unggas, pada
umumnya terbagi atas tiga bagian utama. Didalam telur, bagian kuning telur
terdapat pada bagian paling dalam, bagian ini diikat dengan putih telur oleh
kalaza. Kantong udara (air cell) merupakan rongga yang terdapat pada
bagian tumpul isi telur. Kantung udara ini berfungsi sebagai tempat pemberi
udara pada waktu embrio bernafas.Oleh karena itu, letak embrio pada telur tepat
dibelakang kantong udara. Apabila kantong udara terletak dibagian runcing, maka
besar kemungkinan calon ayam atau bebek tersebut akan mati didalam telur.
1.
Kulit telur
Telur
unggas biasanya mempunyai kulit yang halus, kuat dan berkapur.
Faktor-faktor yang pempengaruhi ketebalan kulit telur antara lain sifat
turun-temurun dari induknya, musim/cuaca pembuahan, makanan induk dan faktor
fisiologi lain. Contohnya ayam yang mendapat makanan dengan kandungan kalsium
(Ca) yang cukup banyak akan menghasilkan telur dengan kulit yang lebih tebal.
Kekuatan dan
ketebalan kulit telur menjadi pelindung isi telur dari serangan-serangan dari
luar. Dalam kondisi lingkungan yang baik dan kulit tetap utuh maka isi telur
akan aman dari serangan mikrobia, namun apabila ada sedikit saja keretakan atau
lubang pada kulit telur, maka isi telur akan sangat mudh terserang mikrobia.
Kulit telur
terdiri dari 4 bagian utama pembentuk kulit yaitu:
a) kutikula
b) lapisan bunga
karang
c) lapisan mamila
d) lapisan
membrana
Kutikula adalah lapisan
luar yang menyelubungi seluruh permukaan kulit telur. Lapisan ini sangat tipis,
pada telur ayam dan telur bebek berkisar 3 sampai 10 mikron. Lapisan ini
dibentuk oleh protein yang berupa musin (mucin). Sifat kutikula ini tidak
mempunyai pori-pori terbuka, namun dapat dilalui oleh gas sehingga uap air dan
gas CO2 dapat keluar dari isi telur.
Lapisan bunga karang adalah bagian
terbesar dari kulit telur, letaknya dibawah kutikula. Laisan ini teriri dari
protein serabut berbentuk anyaman dan lapisan kapur terdiri dari kalsiuj
karbonat (CaCO3), kalsium fosfat (Ca3 (PO4)2),
magnesium karbonat (MgCO3), dan magnesium fosfat (Mg3(PO4)2.
Lapisan mamila adalah lapisan
ketiga pada kulit telur, lapisan ini berbentuk bongol-bongol dengan penampang
bulat atau lonjong. Tebal lapisan ini lebih kurang sepertiga tebal seluruh
kulit dan terdiri dari bagian amyaman protein dan mineral.
Lapisan yang paling dalam adalah lapisan
membrana yang terdiri dari dua lapisan selaput yang berbentuk seperti kertas
perkamen. Ketebalannya sekitar 65 mikron. Makin kearah bagian tumpul makin
tebal. Membrana yang melekat pada mamila lebih tebal daripada membrana yang
berhubungan dengan putih telur. Umumnya kulit telur ayam lebih tipis
dibandingkan telur bebek (Anonimus, 2007).
2.
Putih telur
Putih telur
menempati 60 persen dari seluruh telur. Bagian tesebut dinamakan albumen yang
artinya putih. Umumnya 40 persen dari putih telur merupakan cairan kental,
sisanya merupakan setengah padat.
Putih telur
terdri dari empat bagian yaitu :
a. lapisan luar
b. lapisan tengah
c. lapisan dalam
Lapisan terluar
dari putih telur terdiri dari cairan kental yang mengandung beberapa serat
musin. Lapisan tengah putih telur dinamakan “albuminus sac”, biasanya lapisan
tersebut merupakan anyaman musin berbentuk setengah padat. Sedangkan lapisan
didalamnya merupakan cairan kental yang hampir mengandung musin.
3.
Kuning telur
Kuning telur
adalah embrio, khususnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembuahan pada
telur. Sehingga kuning telur merupakan bagian terpenting pada telur. Selain
itu, kuning telur penuh akan zat-zat bernilai gizi tinggi yang berfungsi
menunjang kehidupan embrio. Bentuk kuning telur hampir bulat, berwarna kuning
atau jingga dan terletak tepat ditengah-tengah telur (Anonimus, 2008).
C.
Kandungan
Gizi Telur
Telur
asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan
dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim
perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak
menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin
bisa mencapai satu bulan (30 hari) (Anonimus, 2009).
Telur
adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah
dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya
murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan,
tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak
12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian
kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta
mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks.
Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih
telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis
protein dan sedikit karbohidrat. Hampir semua lemak dalam sebutir telur
itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian
putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida
(lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol. Fungsi
trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram
lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi
(bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi,
anak-anak, maupun golongan lanjut usia. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik
kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme
melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk
mempertahankan kualitas telur (Anonimus, 2009)
D.
Pengawetan
Telur
Usaha
pengawetan telur sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur ayam &
bebek. Salah satu penyebab kerusakan telur adalah karena terjadinya pertumbuhan
pada mikroba pada telur tersebut. Supaya telur menjadi lebih awet, maka
dilakukan proses pengawetan. Tujuan pengawetan telur adalah untuk mengurangi
jumlah awal sel jasad renik didalam telur, memperpanjang fase adaptasi
semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan mikroba diperlambat, memperlambat fase
pertumbuhan logaritmik , dan mempercepat fase kematian mikroba.
Prinsip
pengawetan telur adalah untuk:
1)
Mencegah
masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur;
2)
Mencegah
keluarnya air dari dalam telur
Cara
pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur
asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa yang
lebih enak. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan
pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri),
menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air
dari dalam telur. Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet
karena air digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan. Pada umumnya
konsentrasi garam 10-15% sudah cukup untuk membunuh sebagian besar jenis,
kecuali bakteri halofilik yaitu bakteri yang tahan terhadap garam yang tinggi
seperti Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh pada larutan garam
11-15%, bila pH nya 5-7.
Menurut
Sukendra (1976), untuk menghasilkan telur asin yang memiliki karakteristik
disukai diperlukan waktu 12 hari pengasinan. Menurut Kautsar (2005),
proses pengasinan telur memerlukan waktu selama 15 – 30 hari. Sedangkan proses
pengasinan dengan larutan garam jenuh memerlukan waktu sekitar 7 – 10 hari.
Lama waktu proses tersebut masih menjadi permasalahan yang harus dipecahkan,
karena selain lama perendaman erat kaitannya dengan efisiensi waktu proses
pengasinan telur, juga erat kaitannya dengan karakteristik organoleptik telur
asin yang dihasilkan.
1. Proses Masuknya Garam ke dalam Telur
Pengasinan telur umumnya dilakukan
dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan
campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok atau bubuk bata merah Prinsip
kedua cara tersebut adalah dehidrasi osmosis, yaitu proses pengurangan air dari
bahan dengan cara membenamkan bahan
dalam suatu larutan ber- konsentrasi tinggi, larutan
tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi. Dehidrasi osmosis (osmotic
dehydration) merupakan proses perpindahan massa secara simultan (countercurrent
flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat terlarut berpindah dari larutan
ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis dinyatakan sebagai kehilangan air
(WL,water loss) dan penambahan padatan, SG, solid gain). Aplikasi dehidrasi
osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari dalam telur
bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam telur (Kastaman dkk, 2005).
Garam (NaCl) akan masuk ke dalam
telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan
akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium
(Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang
sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan
mikroba pada telur. Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang
merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin awet dan asin.
Lamanya telur dibungkus adonan ini harus disesuaikan dengan selera masyarakat
yang akan mengonsumsinya (Anonimus, 2009).
Pada proses pembuatan telur asin
terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri, yakni satu H+
diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses
kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap . (Underwood, 2001). Ion Na
didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air . Dengan
demikian, ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang, akibatnya telur
menjadi asin.
2. Perbandingan Penggunaan Tanah
Liat/Serbuk Bata Merah sebagai Bahan Adonan Pengasin
Penggunaan serbuk bata merah yang biasanya terbuat dari
tanah liat penggunaannya lebih efektif dalam proses pengasinan telur puyuh
maupun telur bebek jika dibandingkan dengan penggunaan abu gosok. Hal ini
terkait dengan sifat dari bata tersebut. Bata merah lebih mudah menyerap air,
hal ini menguntungkan karena serbuk bata merah yang dibalutkan ke telur dapat
membantu menyerap air yang keluar dari telur. Semakin sedikit kandungan air
pada telur tersebut biasanya akan membuat telur lebih awet. Selain itu, serbuk
bata merah juga lebih efektif menahan kandungan garam sehingga ketika air
adonan serbuk bata mulai menguap, kandungan garam tetap berada di bata dan
dapat terus terserap oleh telur yang dibalut (Anonimous, 2010).
E.
Kualitas
Telur Asin
Kualitas
telur ditentukan oleh:
1)
Kualitas
bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada
tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur)
2)
Kualitas
bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan
kulit telur).
Penilaian terhadap mutu telur asin
dapat dilakukan dengan menggunakan parameter berikut:
a) Telur asin stabil sifatnya, artinya
dapat disimpan lama tanpa mengalami kerusakan. Semakin banyak garam yang
digunakan dan semakin lama waktu pengasinan, telur akan semakin awet dan asin.
Setiap orang mempunyai selera yang berbeda mengenai rasa asin ini. Karena itu,
penggunaan garam dan waktu pengasinan sebaiknya dibatasi, sampai taraf yang
enak dinikmati oleh lidah konsumen.
b) Aroma dan rasanya enak. Telur asin
yang baik akan bebas dari rasa amis, pahit, bau amoniak, bau busuk, serta rasa
dan bau lainnya yang tidak diharapkan.
c) Telur asin yang baik hanya
mengandung minyak di bagian pinggirnya saja.
d) Apabila campuran adonan garam yang
digunakan tidak sempurna, yang dihasilkan adalah putih telur yang berwarna
kebiruan. Bila ke dalam adonan ditambahkan sedikit kapur, putih telur akan
berwarna kekuningan.
e) Letak kuning telur yang dikehendaki
adalah di tengah-tengah. Apabila bergeser, kemungkinan penyebabnya adalah telur
segar yang digunakan sudah rusak atau peletakan telur dalam tempayan tidak
tepat. Sebaiknya telur diletakkan dengan bagian tumpulnya menghadap ke atas.
(Prof. DR. Ir. Made Astawan, MS. Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
IPB).
F.
Uji
Organoleptik Terhadap Telur Puyuh Asin dan Telur Bebek Asin
Berdasarkan
uji organoleptik yang dilakukan terhadap hasil panenan telur puyuh asin dan
telur bebek asin, diketahui dengan waktu pemeraman yang sama, telur puyuh
memiliki rasa yang lebih asin jika dibandingkan dengan telur bebek. Hal ini
karena telur puyuh memiliki kulit yang lebih tipis sehingga garam dari adonan
lebih mudah masuk ke dalam telur.
Selain
itu kandungan putih telur bebek lebih padat dan lebih kenyal jika dibandingkan
dengan telur puyuh yang banyak mengandung air. Kuning telur baik pada telur
bebek maupun telur puyuh menjadi berwarna kuning pekat agak jingga. Berdasarkan
aroma, telur bebek mengeluarkan bau yang lebih amis jika dibandingkan dengan
telur puyuh.
Cara Pembuatan
Alat dan bahan:
1. Alat:
a) Baskom
b) Ember Plastik
c) Panci
d) Gelas plastic
e) Sendok
f) Gelas belimbing
g) Kompor
h) Kain bersih / elap
2. Bahan:
a)
Garam 3 kg
b)
Abu gosok 1,5 kg atau bubuk
batu bata 1,5 kg
c)
1 kg telur bebek (10-15
biji) atau telur puyuh (1 kg)
d)
Air bersih 1 gelas
3.
Cara pembuatan :
a)
Siapkan semua alat dan
bahan
b)
Pilihlah telur dengan
kualitas baik
c)
Cucilah telur dan
bersihkan telur dari kotoran yang melekat
d)
Siapkan panci dan rebus
air
e)
Setelah air akan
mendidih, ambil kain/elap untuk membersihkan telur agar terhindar dari kuman.
f)
Keringkan telur yang
telah dicuci tersebut, gunakan lap agar
proses dapat berjalan lebih cepat
g)
Pisahkan antara telur
bebek dan telur puyuh
h)
Setelah itu ukur garam,
abu gosok, sesuai takaran dengan ukuran 1:1
i)
Campurkan abu gosok
beserta garam, aduk hingga merata
j)
Peram telur bebek/ puyuh
dalam adonan abu gosok dan garam hingga memenuhi ember.
k)
Tata dengan rapi dan beri air secukupnya
l)
Tutup ember itu dengan
tutupnya atau dengan plastic dan ikatkan dengan karet, sisihkan
m)
Ukur garam kembali dengan bubuk batu bata
dengan perbandingan 1:1
n)
Campurkan bubuk batu bata beserta garam, aduk
hingga merata
o)
Peram telur bebek dalam adonan tersebut
p)
Tata dengan rapi dan tutup lagi dengan adonan
bubuk batu bata dan garam hingga memenuhi ember
q)
Beri air secukupnya
r)
Tutup ember dengan plastic dan ikatatkan karet
s)
Simpan telur bebek/
puyuh 1 sampai 2 minggu di ruangan terbuka
Pengamatan
Dari hasil pengamatan kami:
1) Semakin lama telur yang telah diperam dalam garam dan abu gosok/bubuk
batu bata disimpan, kadar garamnya akan
semakin tinggi. Sehingga telur akan semakin awet tetapi rasanya akan semakin asam,
dikarenakan semakin lama kadar garam dalam telur akan semakin tinggi.
2) Dalam pembuatan telur asin, ada yang menggunakan amplas ada yang tidak.
Amplas seluruh permukaan telur secara
merata agar pori porinya terbuka, sehingga mudah retak atau pecah.
3) Pemberian abu gosok/bubuk batu bata pada pencampuran adonan telur asin
bertujuan agar garam dapat lebih mudah meresap. Sehingga dalam pembungkusan
telur asin bisa lebih merata.
4) Proses
pembuatan telur asin dari telur bebek selesai dengan hasil memuaskan. Hasil
dari telur bebek terasa asin secara merata. Sedangkan pada telur puyuh, pada
bagian atas terasa kurang asin, sedangkan pada telur yang di letakkan di bagian
bawah terasa sangat asin.
Hasil Pengamatan :
Jenis Telur
|
Jumlah Bahan Telur
|
Warna Kuning Telur Sebelum
|
Warna Kuning Telur Sesudah
|
Hasil Rasa
|
Telur Bebek
|
1 kg (15
butir)
|
Kuning
|
Jingga Kecoklatan
|
Asin merata
|
Telur Puyuh
|
1 kg
|
Kuning
|
Kuning pias
keabuan
|
1.
Kurang asin
pada bagian atas, dan terlalu asin pada bagian bawah
|
Pembahasan
Pada praktek pembuatan
telur asin bahan yang
paling dominan dalam pembuatan telur asin ini adalah
garam. Dengan menggunakan telur bebek dan telur puyuh yang pertama kali
dicuci dengan air biasa lalu dilap kembali dengan air panas atau air hangat agar bakteri-bakteri atau kuman-kuman yang ada di telur tersebut hilang
supaya tidak ada lagi bau kotoran.
Pembuatan telur
asin dibuat dengan menggunakan garam
batu yang kemudian ditumbuk menjadi halus lalu dicampurkan dengan air dan abu
gosok. Kemudian di masukkan kedalam ember plastik dan ditutup. Pada saat ingin
memasukkan telur kedalam ember plastic terlebih dahulu di balut dengan garam
pasir dan abu gosok lalu masukkan ke dalam gelas plastic.
Hal yang sangat perlu
di perhatikan pada saat menuang abu gosok pastikan diukur terlebih dahulu. Dan
juga pada saat menuang air untuk garamnya secukupnya saja, lalu apabila sudah
menyatu letakkan di ember ukuran besar dan tuang bersama dengan abu gosok/bubuk
batu bata.
Proses pembuatan telur
asin berlangsung selama 1 sampai 2 minggu agar garam meresap kedalam telur.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Proses
pengasinan telur bertujuan agar membuat telur menjadi lebih awet. Lama
penyimpanan/ pengeraman untuk telur asin biasanya berkisar dalam waktu seminggu
tergantung selera. Proses masuknya garam ke dalam telur berlangsung secara
dehidrasi osmosis, ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal
dari air, dengan demikian ion Na masuk kedalam telur dan kadar air berkurang,
akibatnya telur menjadi asin. Semakin sedikit kandungan air yang terkandung
dalam telur akan membuat telur semakin awet. Dengan lama penyimpanan/ pengeraman
yang sama telur bebek yang diasinkan menghasilkan citarasa yang lebih asin
dibandingkan dengan telur puyuh.
Kandungan
air pada telur puyuh lebih banyak dan kandungan putih telurnya kurang padat
jika dibandingkan kandungan air telur bebek yang sedikit dan memiliki putih
telur yang lebih padat.
2.
Saran
a)
Pemeraman
untuk telur puyuh tidak perlu selama waktu pemeraman untuk telur bebek karena
telur puyuh memiliki struktur kulit telur yang lebih tipis sehingga garam lebih
mudah merembes masuk sehingga pemeraman yang terlalu lama akan menyebabkan rasa
telur yang terlalu asin.
b)
Penggunaan
bata merah dan tanah liat akan lebih efektif jika dibandingkan dengan
penggunaan abu gosok karena bata merah dan tanah liat dapat membantu menyerap
air dari dalam telur.
Untuk memudahkan dalam praktikum, fahami
langkah-langkah file di bawah ini. Saya yakin semuanya pasti bisa. Sukses buat
kelas 9. Terimakasih…..
0 komentar:
Posting Komentar